Cari di Blog Ini

Monday, October 19, 2009

Prespektif

Perspektif Penangganan Limbah Cair di Masa Depan: Suatu Tinjauan Pengembangan Teknologi

Ditulis oleh Sinly Evan Putra pada 24-05-2007
Jika kita mengajukan pertanyaan kepada seseorang, berapa gelas air kah yang anda minum per harinya? maka jawabannya pasti direntang antara 4-10 gelas perhari. Kemudian jika diajukan pertanyaan lagi, berapa kali anda pergi ke WC untuk buang air kecil dan apa warnanya? untuk berapa kalinya mungkin bisa ditebak antara 1-4 kali tetapi untuk warna, jawabannya mungkin beragam tergantung dari intensitas berapa gelas dia minum. Untuk yang minum 4-5 gelas perhari mungkin air buangannya berwarna kecoklatan, 5-6 kali berwarna coklat kekuningan, sedangkan diatas 7 gelas mungkin berwarna putih bening. Perubahan warna dari air yang kita minum dari sebelumnya berwarna putih menjadi kecoklatan, coklat kekuningan, atau putih bening mengindikasikan adanya bahan lain yang dikandungnya yang dibuang karena tidak diperlukan tubuh.

Begitupun dengan dunia industri, sebagian besar air yang telah digunakan dalam sistem produksi akan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan berbagai jenis polutan yang terkandung didalamnya. Limbah cair yang dibuang ini pun akan menyebabkan penurunan kualitas pada lingkungan tempat pembuangan yang mengancam kelestarian ekosistem, ketersediaan air bersih bagi kebutuhan manusia dan sering kali merupakan awal terjadinya pencemaran tanah. Berbagai metode/teknologi penangganan limbah cair pun telah banyak dikembangkan, tetapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu metode fisika, biologi, dan kimia. Metode fisika yang paling umum digunakan adalah sedimentasi adsorpsi, flotasi, dan filtrasi dengan membran sedangkan metode biologi biasanya memanfaatkan mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik dan anaerobik. Metode kimia dibedakan atas metode nondegradative, misalnya koagulasi, metode degradative seperti oksidasi polutan organik dengan pereaksi fenton, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet, dan terakhir metode yang dapat bekerja secara degradative dan nondegradative seperti metode elektrokimia.

Terlepas dari telah dimanfaatkannya berbagai metode/teknologi diatas oleh dunia industri baik skala kecil sampai besar dalam sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dengan berbagai keuntungan dan kelemahannya baik dari segi ekonomis/biaya, kecepatan pengolahan, selektifitas terhadap polutan, dan efektivitasnya. Artikel ini berupaya menjelaskan secara definitif tentang persfektif penangganan limbah cair dengan paradigma yang mencakup peralihan dari proses satu jalur “ekonomi” menjadi proses banyak jalur (multi track) yaitu “ekonomi, sosial dan lingkungan”. Bergeser dari pola pikir jangka pendek menjadi jangka panjang melalui implementasi komitmen Kyoto Protocol dan isu global mengenai CDM (Clean Development Mechanism). Persfektif yang dimaksud meliputi : persfektif pengembangan teknologi, limbah sebagai produk, dan aspek sosial masyarakat dan ekologi.

Persfektif Pengembangan Teknologi
Didalam konteks pengembangan teknologi pengolahan limbah cair, ada beberapa faktor yang harus diantisipasi oleh para peneliti dan pengembang teknologi dimasa depan yaitu pertama antisipasi terhadap perubahan karakteristik limbah cair. Limbah cair yang dibuang oleh industri diperkirakan akan mengalami perubahan karakteristik atau bahkan bertambah terus dari waktu ke waktu yang disebabkan terjadinya perubahan kebijakan oleh pemerintah, penggunaan bahan kimia yang baru dalam proses produksi, penggunaan kembali limbah (resue), kebijakan ekonomi, sosial budaya, atau bertambahnya industri-industri baru. Beban limbah perkapitanya akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi (permintaan konsumen) dan pendapatan. Disini peraturan-peraturan pemerintah juga berperan dalam mengubah komposisi limbah, misalnya perlarangan ABS (Alkali Benzen Sulfat) dalam deterjen dan pelarangan penggunaan fosfat dalam sabun.

Faktor kedua adalah kebutuhan pengembangan teknologi bersih. Penggunaan teknologi bersih, hinga saat ini hanya terpaku pada proses produksi, sehingga banyak sekali unit pengolahan limbah yang seharusnya membersihkan lingkungan tetapi malahan menjadi sumber pencemaran seperti melalui udara (bau) yang dilepaskan dan penggunaan bahan-bahan kimia seperti penggunaan logam berat pada koagulan/flokulen yang justru juga menjadi pencemar pada limbah. Faktor ketiga adalah permintaan akan teknologi yang terintegrasi. Harus diakui banyak industri yang menginginkan teknologi pengolahan limbah cairnya bersifat terintegrasi yang mudah dioperasikan dari satu panel kontrol dan memiliki efektivitas dan efisiensi yang tinggi dalam merekoveri limbah dengan berbagai kondisi pH, konsentrasi, lumpur (sludge), BOD, COD, waktu, komposisi limbah, temperatur dan dengan berbagai kapasitas limbahnya. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan berbagai riset-riset penunjang. Teknologi pengolahan limbah cair yang dapat menjawab tantangan diatas, maka akan berperan besar di masa mendatang.


NAMA : Lilis Rosmiati
KELAS : XI IPS 2

No comments:

Post a Comment

Untuk menempelkan Avatar ketik :a: atau :b: dst sampai :f: atau lihat disamping gambar.

Berilah komentar yang positif demi meningkatkan kreatifitas siswa / anak bangsa.