Jakarta - Pemerintah sedang memperjuangkan agar batik diakui sebagai warisan budaya milik Indonesia di dunia melalui Lembaga PBB di Bidang Pendidikan, Ilmiah dan Budaya (UNESCO) pada tahun ini.
"Kami menargetkan pada September atau Oktober tahun ini batik sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia," ujar Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Depperin Fauzi Azis, di sela-sela Pameran Batik Jawa Timur, di Plasa Depperin, Jakarta, Selasa.Ia mengatakan saat ini pengajuan batik sebagai warisan budaya khas Indonesia yang diakui dunia itu sedang diteliti oleh badan dibawah UNESCO yang beranggotakan sejumlah negara antara lain Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Kenya, Turki, dan Estonia.
"Badan di bawah UNESCO itulah yang akan menilai, karena itu kami sedang melobi berbagai negara-negara tersebut untuk mendukung pengakuan batik sebagai warisan budaya Indonesia," ujar Fauzi.
Untuk itu, sejumlah departemen dibawah koordinasi Menko KESRA seperti Departemen kebudayaan dan Pariwisata, Depperin, Departemen Perdagangan, dan Departemen Luar Negeri, melakukan pendekatan dan upaya ke UNESCO agar batik segera diakui sebagai warisan budaya khas Indonesia.
Ia mengatakan pengakuan batik oleh lembaga PBB itu bukan untuk pengakuan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) tetapi sebagai warisan budaya milik Indonesia yang bisa dikembangkan siapa saja. "Boleh saja nanti batik Malaysia, Thailand, dan lain-lain, tapi tetap ada pengakuan batik khas Indonesia," katanya.
Fauzi mengatakan pengakuan batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO memiliki arti penting bagi para perajin pula, karena dengan pengakuan tersebut negara memiliki kewajiban untuk melindungi dan melestarikan batik di dalam negeri.
"Keuntungan ekonominya bagi para perajin batik, mereka mendapat rasa aman bahwa negara akan melindungi dan melestarikan batik, sehingga mereka merasa aman untuk berkreasi dan mengembangkan bisnisnya," ujar Fauzi.
Ia menjelaskan selama ini batik telah memberi dampak berantai bagi kegiatan ekonomi masyarakat khususnya di sentra batik. Ia memperkirakan nilai produksi batik per tahun mencapai puluhan miliar rupiah dan pasarnya terus berkembang baik di dalam negeri dan maupun ekspor.
Nilai ekspor produk batik ke berbagai negara diperkirakan mencapai sekitar 125 juta per tahun. "Pasar ekspornya terus berkembang, terutama batik dengan pewarna alam yang ramah lingkungan," kata Fauzi.
Harga batik dengan pewarna alam bervariasi mulai dari Rp200 ribu sampai Rp5 juta per helai kain. Perajin batik, Ririn Asih Pindari dari Sidoarjo, mengatakan batik dengan pewarna alam memiliki keunggulan yaitu tidak mudah pudar warnanya dibanding pewarna kimia.
"Kami menggunakan tumbuh-tumbuhan seperti secang untuk warna merah dan mahoni untuk merah marun," ujarnya.
No comments:
Post a Comment
Untuk menempelkan Avatar ketik :a: atau :b: dst sampai :f: atau lihat disamping gambar.
Berilah komentar yang positif demi meningkatkan kreatifitas siswa / anak bangsa.